BERTEKUN

Baca: AYUB 2


Bacaan tahunan: Kejadian 43-45

Wid terpaksa pulang kampung bersama dua anaknya. Ayah Wid strok sejak lama. Sementara sang ibu baru saja jatuh hingga sulit berjalan. Suatu hari, ibu Wid terdiagnosa positif Covid-19 dan menjalani perawatan di rumah sakit. Wid yang setiap hari di dekat ibunya pun turut positif. Malangnya, di saat bersamaan asisten rumah tangga mereka mengalami kecelakaan. Tak berselang lama, anak pertama Wid berperilaku tak wajar. Tak pernah tidur, menghabiskan waktu dengan bicara tanpa arah dan marah-marah. Hasil pemeriksaan menunjukkan anak Wid mengalami skizofrenia.

Rangkaian peristiwa yang dialami Wid mengingatkan kita pada kisah Ayub, bertubi-tubi menghadapi pergumulan. Jika persoalan hanya datang sekali, mungkin mudah diatasi. Namun, berturut-turut mengalami situasi rumit tentu menguras emosi. Terlebih jika sampai mengalami sakit. Penyakit yang tak kunjung sembuh melemahkan daya tahan dan membuat segala sesuatu tampak lebih buruk dari kenyataannya. Banyak orang mampu melewati kesulitan hidup dengan baik. Namun, begitu terserang suatu penyakit, mereka menjadi terpuruk. Berniat mengakhiri hidup dan berani mengutuk Tuhan.

Kesabaran dan ketangguhan Wid dalam menghadapi pergumulan tentu menjadi kesaksian tersendiri bagi orang-orang sekitar. Ya, bertekun dalam kesalehan di tengah penderitaan dapat menghasilkan kesaksian atas pemeliharaan Tuhan. Sekalipun tak selalu memberi keuntungan jasmani/lahiriah. Namun, bukankah pertolongan sejati dari Tuhan jauh lebih berharga dan kekal nilainya?
-EBL/www.renunganharian.net


MASIH SANGGUPKAH KITA BERTEKUN DALAM KESALEHAN KEPADA TUHAN JIKA PERGUMULAN DATANG SILIH BERGANTI?


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media